Rahasia Sukses Jepang

RAHASIA SUKSES ORANG JEPANG
 
Jepang: Negeri Maju Yang Tak Lupa Tradisi
Rasul kita pernah menganjurkan, untuk urusan belajar tak ada salahnya kita tempuh walau hingga ke negeri China. Hal ini menunjukkan kepada kita, betapa tak terbatasnya lingkungan yang dapat kita jadikan arena untuk terus belajar dalam hidup. Karena belajar adalah proses tiada henti bagi semua manusia selama manusia itu masih hidup. Kepada sesamanya, dalam jarak dekat maupun jauh, manusia -satu sama lain- memang harus saling belajar. Tentu saja belajar untuk menjadi lebih baik, belajar ke arah kebaikan dan kesempurnaan.
Demikian pula dalam kehidupan kita sekarang. Di era global dan modern, dimana kemajuan bangsa-bangsa yang berada ribuan kilometer jaraknya dengan tempat kita tinggal, melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, dapat kita ketahui dalam waktu cepat bahkan real time. Maka anjuran Rasul perihal ‘tugas belajar’ kepada siapapun itu, akan kian mudah kita lakukan karena ketersediaan sarana dan prasarana komunikasi yang semakin canggih dan memadai.
Diantara sekian golongan bangsa-bangsa maju, yang selama ini sering kita dengar, salah satunya adalah Jepang. Kita tahu dan mengakui kemajuan bangsa Jepang, salah satu diantara penyebabnya adalah karena kita dapat melihat dengan mata kepala sendiri, bahkan ikut menikmati segala macam produk yang dihasilkan oleh orang-orang dari negeri matahari terbit itu di negeri kita. Dari pengalaman puluhan tahun menjadi konsumen produk-produk Jepang, orang-orang di negeri kita bertambah yakin, bahwa dari segi mutu, produk Jepang memang layak diandalkan. Sadar atau tidak, lama kelamaan tertanam dalam benak, bahwa sudah tentu hanya bangsa yang majulah yang akan dapat menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan kemajuan.
Sebagai bangsa yang mengakui kebenaran anjuran belajar kepada siapapun, pengakuan kita pada kemajuan suatu bangsa, harusnya diiringi dengan sebuah pertanyaan mendasar: mengapa bangsa tersebut mampu meraih kemajuan sedemikian rupa, diantara bangsa-bangsa lain?. Mengetahui jawaban pertanyaan tersebut, merupakan tugas kita semua yang menginginkan kemajuan dan kehidupan yang lebih baik, minimal setara dengan bangsa yang sudah masuk dalam kategori maju itu.
Demikian pula ketika kita berhadapan dengan fakta dan realita betapa taraf kemajuan Jepang sangat diakui dunia, kita pun patut bertanya: Apakah sebenarnya Rahasia Sukses orang Jepang?. Untuk mengetahui jawabnya, berikut kami postingkan 10 rahasia sukses tersebut.
1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.
2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dalam pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (menteri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini
7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.
9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. Jaga Tradisi & Menghormati Budaya Leluhur
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.
Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang.
Hal lain yang berkaitan dengan penghormatan pada budaya leluhur, adalah tentang begitu tingginya perhatian warga dan pemerintah Jepang terhadap soal pertanian. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Tak heran, bila kemajuan pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia
KIAT MENETUKAN TARGET
memiliki target untuk memudahkan karyawan mewujudkan rencana tersebut. Karena target
merupakan gambaran keberhasilan yang akan dicapai pada masa mendatang.

Misalnya, perusahaan berencana meningkatkan keuntungan penjualan dengan target
70% dari keuntungan semula. Tanpa target yang jelas, karyawan rasanya akan sulit
bertindak.
Berikut ini adalah kiat menentukan target:
- Realistis
Target hendaknya dibuat serealistis
mungkin. Dalam arti tidak terlalu besar tetapi juga jangan terlalu kecil. Karena kalau terlalu besar, dikhawatirkan akan sulit dicapai. Sebaliknya jika terlalu kecil tidak ada tantangan dan terlalu mudah dicapai.
- Spesifik dan sederhana
Target yang terlalu umum sulit
diterjemahkan oleh karyawan. Target yang sederhana namun spesifik akan lebih
mudah diaplikasikan dalam bentuk praktis. Tetapi meski sederhana,
jangan abaikan nilai tantangannya.
- Jelas
Suatu target harus disusun
sejelas-jelasnya. Artinya suatu target harus ditentukan kapan akan
dilaksanakan, siapa yang melaksanakan serta biaya yang diperlukan untuk pencapaian
target tersebut. Dengan demikian target akan lebih jelas dan mudah dicapai.
- Batas waktu
Berikan batas waktu yang pasti
untuk pencapaian setiap target. Misalnya bulan depan, tahun depan, dst. Tanpa
batasan waktu, akan membuat target semakin lama dicapai. Dengan batasan waktu
ini juga akan mudah diukur apakah pencapaian target itu cepat atau lambat.
Ingat, berhasil tidaknya
pencapaian target dapat dijadikan ukuran kesuksesan rencana kerja. Dengan
target akan menumbuhkan motivasi, tanggung jawan dan kosistensi serta konsentrasi
karyawan dalam mencapai tujuan bersama. Keberhasilan mencapai target akan
menentukan langkah selanjutnya.
RAHASIA BISNIS JEPANG
Inilah beberapa rahasia bisnis perusahaan-perusahaan Jepang, yang disarikan dari lecture "business landscape in Japan":
1.    Perusahaan Jepang, secara finansial pembiayaan, berbeda dengan perusahaan-perusahaan USA. Perusahaan Jepang lebih cenderung menggunakan dana dari bank untuk pembiayaannya, sedangkan perusahaan USA lebih shareholder oriented. Oleh karenanya jangan heran kalau debt ratio perusahaan-perusahaan Jepang relatif tinggi.
2.    Investasi di Research and Development (R&D) tinggi.
3.    Perusahaan Jepang juga employees oriented. Artinya mereka sangat memperhatikan karyawannya. Lay-off (PHK) hampir mustahil dilakukan oleh perusahaan Jepang terhadap karyawannya. Sisi ini ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya adalah pengembangan teknologi bisa lebih terjamin, sedangkan kerugiannya biaya untuk karyawan menjadi tinggi. Ada kisah menarik, kala Sony corp ingin memperbaiki masalah yang terkait karyawan ini, mereka mengangkat orang Amerika menjadi CEO, salah satu pertimbangannya adalah untuk bisa melakukan perampingan karyawan (PHK). Kisah lainnya terjadi di Nissan inc.
4.    Ternyata kemajuan ekonomi dan teknologi Jepang tidak terlepas dari kontribusi dari banyaknya Medium and Small Enterprises (Industri menengah dan kecil). Dari statistik yang ada bahkan perusahaan kecil sangat mendominasi perekonomian Jepang. Dari segi manufacture, perusahaan-perusahaan kecil ini sangat ahli di bidangnya maksudnya walaupun skala usaha mereka kecil (karyawan maksimal 20 orang), mereka merupakan lumbung-lumbung kemajuan teknologi Jepang. Bahkan perusahaan besar di Jepang, untuk sebagian produknya, juga sangat tergantung pada perusahaan-perusahaan kecil ini.
5.    Mengenai transfer teknologi ke negara lain. Jangan berharap banyak terhadap transfer teknologi dari perusahaan Jepang ke negara lain. Mereka sangat sadar bahwa teknologi yang mereka kuasai merupakan kunci keunggulan masyarakat Jepang, mereka benar-benar menjaganya. Sekarang ada kecenderungan perusahaan Jepang untuk pulang kampung, contohnya Sharp, walaupun biaya tenaga kerja di Jepang lebih tinggi dari negara lain. Mereka tidak ingin teknologinya dikuasai oleh bangsa lain. Seandainya pun mereka membuka pabriknya di luar Jepang, pabrik ini hanya semacam assembly/ perakitan atau pun memproduksi barang-barang yang sifatnya sekunder (produk vitalnya tetap diproduksi di Jepang).
6.    Masyarakat Jepang juga sangat sadar akan pentingnya pendaftaran patent. Sebagai infomasi, pendaftaran paten di Jepang relatif murah. Ini dimaksudkan untuk lebih mendorong pendaftaran paten.
7.    Demikian beberapa rahasia kemajuan bangsa Jepang yang sementara ini saya ketahui. Hal ini kiranya bisa menjadi cermin bagi bangsa Indonesia. Salah satu yang bisa kita lakukan apabila perekonomian Indonesia ingin lebih maju adalah cintailah dan belilah produk-produk Indonesia dan untuk industri Indonesia buatlah produk-produk yang berkualitas.

10 Kiat Menjadi Seorang Pribadi Yang Disukai
Singkat saya jelaskan tentang 10 menjadi pribadi yang disukai, sebagai berikut:
1. Royalah dalam memberi pujian,
2. Buatlah orang lain merasa dirinya sebagai orang penting,
3. Jadilah pendengar yang baik,
4. Usahakanlah untuk selalu menyebutkan nama orang dengan benar,
5. Bersikaplah ramah pada semua orang,
6. Bermurah hatilah,
7. Hindari kebiasaan mengkritik, mencela atau menganggap remeh,
8. Bersikaplah asertif (karna sikap asertif selalu lebih dihargai dibanndingkan sikap yesman),
9. Perbuatlah apa yang anda ingin orang lain perbuat kepada anda,
10. Cintailah diri sendiri







Rahasia Bisnis Orang Jepang
Belajar dari : Langkah Raksasa Sang Nippon Mengusai Dunia 27. Kunci Keberhasilan Jepang
Kemunculan banyak “naga” dan “harimau kecil” di Asia mampu mempengaruhi kedudukan Jepang sebagai penguasa ekonomi di benua tersebut. KEMUNCULAN BANYAK “naga” dan “harimau kecil” di Asia, seperti Korea Selatan, Cina, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura mampu memengaruhi kedudukan Jepang sebagai penguasa ekonomi di benua tersebut. Negara-negara tersebut menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang pesat ketika penguasa ekonomi dunia, seperti AS, Inggris, Jerman, dan Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda keletihan. Negara negara yang sebelumnya berada dalam golongan negara ketiga seperti Cina dan Korea Selatan juga bangkit dan melangkah menjadi raksasa dalam bidang ekonomi. Mereka juga berhasil menempatkan diri dalam kalangan negara berkembang, sehingga jurang pemisah dengan negara maju semakin mengecil. Cina dan Korea Selatan sedang mengikuti Jepang dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan, menurut pakar ekonomi, jika perekonomian mereka dapat dipertahankan, dalam waktu dua puluh tahun yang akan datang, kedua negara tersebut dapat menyaingi Jepang dan duduk sejajar dengan negara maju lainnya. Perkembangan paling pesat dapat dilihat dari perekonomian Cina. Dengan sistem perekonomian terbuka, negara itu mampu menarik penanam modal menanamkan modal mereka di sana. Pasaran Cina sangat besar dan hal itu menyebabkan perekonomian mereka berkembang dengan cepat. Produk buatan Cina Iebih murah dibandingkan dengan produk buatan Jepang. Begitu juga dengan Korea Selatan yang dianggap sebagai permata Asia, yakni dengan munculnya sejumlah perusahaan konglomerat gabungan yang terlibat dalam berbagai sektor perindustrian. Selain itu, perekonomian Jepang juga dikatakan semakin lesu karena beberapa perkembangan negatif yang terjadi pada bidang ekonomi, seperti kemunduran, ketidaktentuan, dan kejatuhan nilai mata uang utama dunia. Namun, Negeri Matahari Terbit itu diperkirakan dapat mempertahankan kedudukannya sebagai penguasa ekonomi yang paling berpengaruh di Asia. Keberhasilan Jepang mempertahankan statusnya sebagai “bapak naga Asia” banyak dibantu oleh budaya kerja dan perdagangan rakyatnya. Agar produk mereka mampu bersaing di dunia internasiorial, Jepang bukan hanya memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya, melainkan juga menciptakan berbagai barang lain yang diperlukan konsumen, baik di tingkat mikro maupun makro. Nilai setiap produk meningkat dengan menambahkan ciri-ciri baru dan berbagai fungsinya. Di samping itu, keberhasilan Jepang mempertahankan statusnya sebagai penguasa ekonomi dunia juga dibantu industri hiburan dan jasa yang memberikan pendapatan besar kepada negara itu. Salah satu industri yang paling mendatangkan keuntungan adalah bisnis hiburan meliputi bioskop, pusat rekreasi, taman bermain, lapangan golf, salon, dan sebagainya. Industri keahlian, seperti keilmuan, penyewaan, penelitian, informasi, perhotelan, dan sebagainya juga ikut menghasilkan pendapatan yang besar, yaitu hampir sepuluh triliun yen per tahun. Hal tersebut mampu mengurangi ketergantungan Jepang kepada luar negeri. Di Jepang, semua dapat diperoleh, termasuk hiburan. Jika sebelumnya banyak warga Jepang yang berwisata ke luar negeri, maka saat ini, banyak turis asing yang datang ke Jepang. Itu karena Jepang menyediakan berbagai tempat wisata yang menarik, termasuk taman-taman. Sikap patriotisme bangsa Jepang juga menjadi salah satu faktor yang membantu keberhasilan ekonomi negaranya. Bangsa Jepang bangga dengan produk buatan negeri sendiri. Mereka juga menjadi pengguna utama produk lokal dan pada saat yang sama juga mencoba mempromosikan produk made in Japan ke seluruh pelosok dunia. Makanan Jepang menjadi salah satu makanan yang populer di mana-mana. Negara-negara sedang berkembang menjadi sasaran ekspor produk dan budaya Jepang di luar negeri. Bangsa Jepang mencintai negaranya di atas segala-galanya. Mereka mau melakukan apa saja demi negaranya, termasuk mengorbankan diri dari keluarganya. Di mana saja mereka berada, bangsa Jepang mempertahankan identitas dan jati diri mereka. Semua produk mereka diberi label Jepang. Tulisan Jepang juga selalu digunakan pada setiap produk yang dihasilkan. Walau begitu, produk Jepang tetap dibeli dan menjadi rebutan konsumen-konsumen di negara lain. Hal itu merupakan hasil ketekunan mereka dalam meningkatkan mutu produk mereka dan waktu ke waktu. Di Jepang, dapat dikatakan produk dan barang baru dihasilkan, dijual dan diedarkan di pasaran setiap harinya. Dan barang elektronik kecil seperti radio sampai kendaraan bermotor yang bermerek. Para konsumen pun memiliki banyak pilihan, Sehingga tidak memerlukan produk lain dari luar. Produk Jepang banyak diekspor ke luar negeri. Bahkan sebenarnya, Jepang bukan hanya mengekspor produk dan jasanya, melainkan juga adat dan tradisinya. Di Indonesia, makanan Jepang semakin diminati dan ditemukan dengan mudah di pasar-pasar swalayan dan restoran-restoran Jepang. Segala ramuan dan bahan makanan Jepang tersebut dijual di mana saja. Memang ada yang tidak sesuai dengan selera rakyat Indonesia. Usaha memengaruhi negara lain membuat budaya Jepang semakin familiar dengan rakyat negara lain. Ini secara tidak langsung mempromosikan produk Jepang, sehingga akhirnya diterima penduduk setempat dengan baik.
Beberapa faktor ekonomi Jepang semakin lesu, karena :
• Kemunduran
• Kelemahan
• Ketidakpastian
• Penurunan nilai mata uang dunia
Keberhasilan Jepang mempertahankan status sebagai “bapak naga Asia” banyak dibantu oleh budaya kerja dan perdagangan rakyatnya. ikap patriotisme bangsa Jepang menjadi salah satu faktor yang membantu keberhasilan ekonomi negaranya. i mana saja mereka berada, bangsa Jepang mempertahankan identitas dan jati diri mereka.